Posted by : Unknown
Senin, 23 Desember 2013
liputan 6.com
Teleskop luar angkasa Hubble mengabadikan penampakan luar biasa di
angkasa: satelit Yupiter (Jupiter), Europa diduga kuat menyemburkan uap
air. Satelit keenam planet terbesar di Tata Surya yang
diselimuti es selama ini dianggap sebagai salah satu tempat terbaik
untuk menemukan kehidupan asing di luar Bumi. Gambar dari Teleskop Hubble menunjukkan, surplus hidrogen dan oksigen di belahan selatan (hemisphere)
Europa. Jika terkonfirmasi benar itu adalah semburan uap air, maka, hal
tersebut mempertinggi harapan bahwa laut bawah tanah Europa dapat
diakses dari permukaannya. Pada masa depan, sebuah misi bisa dilakukan
untuk menunjukkan apakah ada kehidupan di sana.
Kepala ilmuwan
planet NASA, Dr James Green mengatakan, keberadaan air membuat para ahli
berspekulasi Europa bisa jadi menopang kehidupan. "Semburan itu sangat
menarik jika memang benar keberadaannya -- ikut mengangkat material dari
lautan. Mungkin, ada molekul organik di permukaan Europa," kata dia,
seperti dikutip dari BBC, Jumat (13/11/2013).
Temuan
tersebut dilaporkan dalam pertemuan ahli geologi dunia, American
Geophysical Union (AGU) Fall Meeting di San Francisco, California,
Amerika Serikat. Ilmuwan menemukan air mancur raksasa dalam
foto-foto yang diambil Hubble pada November dan Desember tahun lalu.
Juga dalam gambar yang lebih tua dari tahun 1999. Para ahli juga menemukan, air terpecah menjadi hidrogen dan oksigen di wilayah kutub selatan Europa. "Semburan itu konsisten berupa 200 kilometer gumpalan uap air," kata penulis studi dalam jurnal Science,
Lorenz Roth dari Southwest Research Institute, San Antonio, Texas.
Lebih dari 20 kali ketinggian Gunung Everest -- gunung tertinggi dunia
dengan puncak menjulang setinggi 8.848 meter. Setiap detik,
sekitar 7 ton material dilepaskan dari permukaan Europa. "Jumlahnya
sangat luar biasa," kata Dr Kurt Retherford, juga dari Southwest
Research Institute. "Itu bergerak dengan kecepatan 700 meter per
detik... Semua gasnya keluar dan hampir seluruhnya kembali ke permukaan.
Tidak sampai lolos ke luar angkasa. Semburan tersebut hanya
sementara, sekali muncul hanya sekitar 7 jam. Puncaknya terjadi saat
Europa berada dalam jarak terjauhnya dengan Yupiter. Dan lenyap saat
berada di jarak dekat.
Ini berarti percepatan pasang surut dapat
memicu semburan air -- dengan membuka retakan di permukaan es. Demikian
kesimpulan para ilmuwan.
Meski demikian, tim ahli belum yakin
apakah celah atau retakan menjadi alasan uap air di bawah lapisan es di
permukaan menyembur atau apakah ada mekanisme lain.
Para peneliti
juga ingin menyelidiki apakah bulu-bulu air di Europa mirip yang ada di
satelit Planet Saturnus, Enceladus -- di mana emisi uap bertekanan
tinggi keluar dari celah-celah sempit di permukaannya.
"Kami
memiliki banyak pertanyaan tentang mekanisme kerjanya," kata Dr
Retherford. "Berapa ketebalan lapisan es? Apalah ada semacam danau atau
kolam di bawahnya? Apakah retakan itu sedemikian dalam hingga mencapai
deposit air di bawah permukaan. Kami tak tahu soal itu."
Tim mengatakan, sudah saatnya eksplorasi Europa menjadi prioritas.
Misi Mahal
Badan
Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah membuat perencanaan awal misi
Europa Clipper. Namun keterbatasan dana membuatnya tak bisa dilakukan
dalam waktu dekat.
"Europa Clipper adalah misi yang sangat mahal
karena harus didesain untuk waktu yang lama, satu tahun atau beberapa
tahun, di lingkungan radioaktif sangat keras," kata Dr Green. Terutama
untuk merancang alat atau satelit untuk dikirim ke dekat Europa.
Kemungkinan terwujud mungkin dalam beberapa dekade mendatang.
Satu-satunya
kesempatan untuk mempelajari semburan Europa kini bertumpu pada misi
Juice yang akan dilakukan Badan Antariksa Eropa atau European Space
Agency (ESA).
Satelit ESA punya dua kesempatan untuk terbang di
dekat Europa pada 2030-an Jika beruntung, ia bisa cukup dekat mengamati
semburannya. (Ein)